Sebagai salah satu
program unggulan prorakyat yang resmi diluncurkan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada 5 November 2007, Kredit Usaha Rakyat (KUR) terbilang sukses
dalam mengembangkan produktivitas ekonomi kerakyatan di Indonesia.
Jutaan
pelaku ekonomi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi (UMKMK) di tanah air
telah merasakan betapa KUR dengan fasilitas penjaminan kredit dari Pemerintah,
telah membantu perkembangan usaha mereka, yang tadinyafeasible namun
tidak bankable, berkembang seperti sekarang.
Data yang dikutip
dari Laporan Pelaksanaan KUR Triwulan I-2013, Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian menunjukkan, secara
akumulatif, dari November 2007 sampai dengan Maret 2013, jumlah pelaku usaha
penerima KUR telah mencapai 8,3 juta debitur dengan totaloutstanding kredit
yang telah disalurkan sebesar Rp 108,4 triliun. Khusus sepanjang kuartal I
tahun ini berhasil direalisasikan KUR sebesar Rp 10,7 triliun (29,72%) yang
mencakup 570,2 ribu debitur.
Dari sisi bank pelaksana KUR, perbankan
nasional terlihat antusias mengambil peran. Apabila pada tahap awal hanya
diikuti oleh enam bank umum, kini ada total 33 (tiga puluh tiga) bank pelaksana
yang terdiri dari tujuh bank umum dan dua puluh enam bank pembangunan daerah
(BPD). Seluruh BPD di Indonesia, dengan demikian, sejak 2012 telah menjadi bank
penyalur KUR.
Dari Rp 5,25 triliun target KUR yang
dibebankan kepada seluruh BPD tahun ini, sejak Januari sampai dengan Maret
2013, penyaluran KUR telah mencapai Rp 901,7 miliar (17,18%) dengan jumlah
debitur sebanyak 10,2 ribu. Apabila diakumulasikan sejak pertama kali
disalurkan sampai dengan kuartal I-2013, nilai penyaluran KUR telah mencapai Rp
10, 2 triliun dengan 129,7 ribu debitur.
Proporsional dengan populasi penduduk
dan jumlah UMK di suatu daerah, realisasi penyaluran KUR berdasarkan provinsi
selama kuartal I-2013 menempatkan Provinsi Jawa Tengah sebagai daerah tertinggi
penyerap KUR sebesar Rp 911 milliar (8,5%), diikuti oleh Provinsi Jawa Timur
sebesar Rp 832,9 miliar (7,7%), kemudian Provinsi Jawa Barat sebesar Rp 703,5
miliar (6,5%). Sedangkan untuk kawasan di luar Jawa, Provinsi Sulawesi Selatan
menempati peringkat pertama sebagai provinsi dengan realisasi KUR tertinggi
sebesar Rp 715 miliar (6,6%), diikuti dengan Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp
305 miliar (2,8%).
Berdasarkan sektor
ekonomi produktif yang disasar oleh KUR, sektor perdagangan (yang terintegrasi
dengan sektor hulu) menjadi sektor usaha yang paling dominan mengakses KUR
dengan proporsi sebesar 50,79%. Sementara sektor pertanian dan perikanan
sebesar 13,7%, sedangkan sektor industri pengolahan mengambil porsi sebesar
2,6%. Apabila diakumulasikan, penyaluran KUR di sektor hulu yang meliputi
pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan, industri dan sektor hulu
terintegrasi memiliki andil sebesar 31,4% dari keseluruhan sektor yang dibiayai
oleh KUR.
Khusus untuk penyaluran KUR yang
diperuntukkan bagi tenaga kerja Indonesia (TKI), sampai dengan Maret 2013 telah
mencatatkan total plafon kredit sebesar Rp 46 miliar yang menjangkau sebanyak
3.649 orang TKI.
Target KUR sepanjang 2013 telah
ditetapkan sebesar Rp 36 triliun, yang berarti mengalami peningkatan Rp 6 triliun
(20%) dibanding target KUR 2012. Pemerintah sendiri telah menyiapkan
langkah-langkah agar target tersebut berhasil dicapai dengan tetap menjaga
kualitas penyaluran KUR itu sendiri. Salah satu indikator penyaluran KUR yang
sehat adalah memiliki tingkat kredit bermasalah (non-performing loan)
yang rendah. Pada triwulan I tahun ini, tingkat NPL rata-rata KUR tercatat
sebesar 4,4%, masih berada dalam rentang ketentuan BI yang mematok batas
tertinggi 5%.
Beberapa langkah
Pemerintah menekankan pada peningkatan peran serta sinergi kementerian terkait
termasuk pemerintah daerah dalam menyiapkan dan membina UMK sebagai calon
debitur KUR, termasuk memperluas jangkauan KUR kepada masyarakat pelaku
usaha di kabupaten/kota serta TKI di luar negeri. Untuk membantu penyelesaian
masalah seputar penyaluran KUR, Pemerintah juga berkomitmen untuk memfasilitasi
koordinasi antara bank pelaksana dan perusahaan penjamin KUR.
Dengan perkembangan KUR dan keuangan
mikro di Indonesia yang menggembirakan selama ini, menjadi wajar kiranya
apabila Indonesia menjadi laboratorium keuangan mikro dunia. Pengalaman
mengelola kredit mikro oleh BRI Unit sejak 1984 juga turut menginspirasi peraih
Nobel Perdamaian 2006, Muhammad Yunus, ketika mendirikan Grameen Bank di
Bangladesh. Ditambah lagi dengan apresiasi Komunitas Keuangan Mikro Internasional
atas keberhasilan KUR dan keuangan mikro di Indonesia melalui penghargaan Letter
Of Recognition kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Oktober
2012 silam.
Dengan sederet optimisme itu, kita berharap
UMKM dengan 55,2 juta unit usahanya semakin berdaya menjadi pilar utama dalam
bangunan perekonomian Indonesia.
source artikel; http://setkab.go.id
bagus sekali jika usaha KUR terus dimajukan dan menjadi inovasi untuk raykyat kita
BalasHapus