Siapa yang bilang
petani Indonesia jelek, siapa yang bilang petani Indonesia terpuruk dan siapa
yang bilang petani Indonesia tidak professional ???
Petani Indonesia itu
luar biasa, ......!
Negeri kita adalah
negeri agraris, duluuu!, mayoritas penduduknya adalah petani dan kita merupakan
bagian dari mereka dan memang kita produk masa lalu (petani) Lalu apa
yang menjadikan petani Indonesia itu luar biasa, mari kita tengok:
Pertama; Dengan
lahan rata-rata 0,2 ha, petani kita bisa menghidupi keluarganya
Bukankah itu luar biasa ?.
Dengan 2000 m2, petani kita bisa memaksimalkan hasil panennya, sehingga di
dapatkan hasil panen/produksi yang tinggi. Dan itu cukup buat menghidupi
keluarganya. Setahu saya, belum ada negara di dunia yang para petaninya
dengan lahan terbatas bisa menghidupi keluarganya dari tahun ke tahun seperti
petani kita.
Dengan daya tahan
yang luar biasa ini, saya jadi ingat akan angggaran dari pemerintah yang
jumlahnya puluhan triliun/tahun. Andai, dalam 3 tahun saja, 50 % dari dana
tersebut dibelikan/dicetak lahan sawah baru. Atau membeli lahan sawah yang mau
dijual petani. Atau membeli kembali lahan para petani yang terpaksa sudah
dijual kepada pihak lain. Tentu masalah pangan akan cepat diselesaikan
Persoalan lahan
sebetulnya mudah untuk diselesai. Memang, banyak program yang digulirkan
pemerintah. Tapi menurut saya, persoalan dasarnya adalah kepemilikan lahan.
Sekali lagi : Petani ingin punya lahan yang bisa digarap. Syukur-syukur bisa
dibeli lagi oleh para petani. “Tidak apa-apa, tanah garapan saya milik negara.
Asal saya jangan digusur. Akan saya bayar sewanya kok,,,,” ungkap petani yang
menggarap sawah milik PT.
Petani tidak
neko-neko. Para petani hanya butuh lahan yang lebih luas, agar hasil panennya
dapat banyak. Ingat Mas Bro, para petani tidak pernah menuntut
macam-macam. Mereka tiap tahun tidak menuntut minta kenaikkan UMR.
Justru, para petani akan membayar sewa lahan milik Negara. Luar biasa bukan?
Oleh sebab itu,
dibutuhkan pemimpin yang punya visi ke depan. Pemimpin yang mau memperjuangkan
nasib hidup petani. Pemimpin yang mau membuka lahan sawah baru. Pemimpin
yang mau mencetak lahan-lahan/sawah baru yang akan hilang tapi jangan membuat
lahan gambut sejuta hektar seperti jaman orde baru dulu, bisi gagal total uang
rakyat triliunan rupiah lenyap entah kemana, inilah yang namanya uang setan dimakan jin, iya toh!!!!
Kedua; produktivitas
hasil panen tinggi
Dalam satu hamparan
padi, sewaktu selesai panen, ada beberapa petani dapat hasil panen di
MT-1. Kita ambil contoh; petani A dapat hasil panen 6 ton/ha. Petani B dapat
7,5 ton. Petani C dapat 4,5 ton/ha, petani D mendapat 7 ton/ha dan petani
E dapat 8,5 ton/ha. Kata “dapat hasil panen” persamaannya
adalah “produksi”. Nah, bagitu dirata-ratakan dari ke-5 petani tsb maka
didapatkan kata produktivitas. Coba bandingkan
dengan negara lain, produktivitas petani padi Indonesia lebih tinggi 57 %
di atas India. 76 % di atas Thailand. Sekali lagi di atas Thailand, yang
seakan-akan dikenal dengan dunia pertaniannya.
Dan kita dicekoki
dengan kata-kata ini : BANGKOK !!!. Apa-apa Bangkok, durian Bangkok,
jambu, dll. Tapi, tidak ada: PADI BANGKOK !!!
Trus,
58 % di atas Myanmar. Dan 48 % di atas Filipina. Bagaimana dengan Malaysia?
Jauh sekali Bro..! Data-data itu saya dapatkan dari Pak
Sumarno dari Sinar Tani Edisi 24/2010
Ketiga; Luas panen
per kapita kecil 550 m2/kapita tapi mampu menghasil
kan 170 kg/kapita
Untuk menghitungnya,
jumlah luas panen padi seluruh Indonesia dibagi dengan jumlah penduduk
Indonesia. Maka didapatkan hasil sekitar 550 m2/kapita. Itu artinya diasumsikan
setiap orang di Indonesia memiliki lahan 550 m2.
Tapi
dengan luas lahan Cuma 550 m2 dapat dihasilkan sekitar 170 kg beras.Coba
bandingkan dengan Negara lain seperti Thailan 1.570 m2/kapita, Vietnam 866
m2/kapita, dan Myanmar 1.500 m2/kapita.
Keempat; petani kita
mempunya kebiasaan memberi nama baru bagi varietas padi.
Dan ini yang unik.
Ada di tiap daerah, bila ada varietas baru dan hasilnya bagus. Maka akan keluar
nama-nama varietas baru. Padahal mereka tidak melakukan penyilangan. Mereka
(sebagian kecil petani) dengan seenak udelnya, memberi nama-nama baru : shogun,
cisadane,ciherang dempu, ciherang doyok, ciherang brunai, ah pokoknya macam
macam
Kelima, mari kita
berdamai dengan nurani kita sendiri..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungannya di blog UMKM CIPATAT. Sudah baca artikelnya?, silahkan beri komentar dibawah. Dan berkomentarlah yang santun, No SARA atau Ejekan. Mohon untuk tidak melakukan spam yang tidak ada hubungannya dengan isi blog UMKM Cipatat. Jangan ragu untuk copy paste....kalau artikel ini dirasa bermanfaat, silahkan berbagi dengan yang lain dan selalu ingat dengan UMKM Cipatat.......OK !